sejarah31.com- 23 Juli 2022 hari kedua mengajar di sekolah setelah libur panjang, pada awal-awal pembelajaran saya biasanya melakukan sesi wawancara dengan pesertadidik, namun tidak secara keseluruhan saya lakukan wawancara biasanya sample atau mereka yang memiliki prilaku secara kasat mata cukup super tentunya jika dilihat dari sudut pandang orang dewasa. Hal ini bertujuan untuk mendiagnosis dan menemukan obat yang tentunya baik.
Wawancara kali ini tema nya tentang melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi, awalnya tentu saya melontarkan pertanyaan ini secara umum untuk melihat respon secara acak. Dari 20 siswa hanya ada 1 orang yang berencana untuk kuliah, sebenarnya lingkungan di sini memang belum sampai situ pernah ditahun kemarin saya bertanya perihal yang sama pada peserta didik ada respon yang sangat mendasar menganggambarkan tentang lingkungannya, jawaban sederhana itu adalah, karena mereka yang kuliah lebih banyak menganggur dan tidak kerja.
Ternyata masih banyak peserta didik saya yang beranggapan jika sekolah akan berkorelasi dengan penghasilan. Selanjutnya saya coba menjelaskan tentang bagaimana sekolah sebenarnya membangun lingkungan jadi bersekolah itu bukan untuk pribadi tapi untuk lingkungan sekitar lingkungan yang kuat tentunya kumpulan dari banyak pribadi yang terpelajar dan menganggur tidak ada kaitanya dengan sekolah, entah mengerti atau tidak tetapi rasa-rasanya saya harus menyampaikan ini pada mereka.
Desas desus tentang kecerdasannya tidak diragukan lagi di kantor semua membicarakannya namun semua pengajar bingung bagaimana berkomunikasi dengannya, karena ia hanya akan menjawab saat diberikan pertanyaan dan mengangguk jika jawaban itu hanya ya atau tidak, saat diskusi ia lebih sering dibelakang layar dan membantu menjawab pertanyaan yang di tujukan pada kelompoknya di atas kertas ST ini memang tidak diragukan cemerlang. Sekarang ST sudah kelas XII belum ada satupun guru yang tahu ia akan melanjutkan ke perguruan tinggi atau menjadi masyarakat pada umumnya. Hari itu saya mencoba melakukan wawancara dengan ST.
"Nak apa rencana kamu setelah lulus dari sekolah ini?"
"Kemungkinan saya akan bekerja, karena saya adalah tulang punggung, anak paling besar di keluarga." Keputusan ini sebenarnya hak dari ST namun jawaban ini juga belum sepenuhnya utuh karena saya masih melihat ada yang di sembunyikan oleh ST.
"Oh Sudah Kuat?"
"Maksudnya Pak kuat Bagaimana?"
"Menjadi tulang punggung? kalo belum kuat nanti bengkok lebih lagi patah hehe," senyum di akhir mencoba mencairkan suasana perbincangan kami, karena ST masih dingin menanggapi pertanyaan saya. setelah itu barulah ST bercerita tentang rencana sesungguhnya. Dalam benaknya ST masih bermimpi untuk Kuliah bahkan ia mengeluarkan kalimat yang membuat saya cukup terkejut,
"Untuk apa saya juara satu bahkan Juara umum jika pada akhirnya saya tidak sekolah." ungkapan ini menggambarkan jika ST memiliki mimpi yang lebih jauh namun dibuat kerdil oleh lingkungannya. selama percakapan ST terus tertunduk ia tak banyak bicara, selanjutnya ia bercerita jurusan yang ia minati dan mimpinya ke depan.
Pesan saya pada ST, jadilah tulang punggung yang kuat, salah satu alat untuk menguatkan tulang punggung adalah pendidikan jangan sampai menjadi tulang punggung yang rapuh karena akan menghasilkan sesuatu yang mudah roboh.
"Tujuan Pendidikan itu Untuk Mempertajam Kecerdasan, Memperkukuh Kemauan Serta Memperhalus Perasaan" Tan Malaka
Garut 2022
Kontributor : Wawan Hermawan
0 comments: