sejarah31.com-Siapa yang tidak mengenal Panglima besar Soedirman, tindak tanduknnya sebagai griliawan tidak dapat dipungkiri lagi membangun kekuatan di lereng-lereng gunung Wilis hingga Gunung Kombang untuk melakukan serangan mendadak terhadap iring-iringan Belanda. Walaupun fisiknnya yang ringkih namun pantang baginnya pulang dari medan perang. Tidak banyak orang tahu sebenarnnya pak Dirman adalah seorang guru lulus dari Meer Uitgebreid Lager Onderwijir (MULO) setingkat SMP pada tahun 1934, Soedirman sempat melanjutkan pendidikan di Hollandsche Indisce Kweekschool (HIK) sekolah guru bantu di Solo, walaupun ia tak menuntaskan sekolahnya pada tingkatan ini dan memilih kembali ke Cilacap namun sedikit banyak telah menuntun Soedirman untuk menjadi seorang Guru. Pendidikan telah mengenalkan banyak hal pada Soedirman Kecil, pada masannya sekolah di MULO soedirman mulai mengenal Nasionalisme, hal ini disebabkan para guru yang mengajar di sana banyak aktif di Organisasi Budi Oetomo.
Tidak pernah terpikirkan jika dia akan menjadi Panglima Besar, di balik tubuhnnya yang kurus ternyata Soedirman kecil sangat aktif dalam aktivitas kepanduan semenjak masuk sekolah ia telah banyak mengikuti aktivitas organisasi. Organisasi telah melatihnnya dalam hal disiplin, tak hanya itu berkat organisasi ia juga berkenalan dengan banyak orang hebat.
Karirnnya sebagai guru ternyata tidak main-main bahkan dalam waktu singkat ia dapat dengan segera menjadi Kepala Sekolah HIS Muhammadiyah. Mungkin jika Jepang tak datang ke Indonesia kita tidak akan mengenal ia sebagai seorang Jendral tapi pensiunan kepala sekolah Muhammadiyah. Pada tahun 1942-1943 sekolah resmi ditutup dan dijadikan markas dadakan Belanda, untuk menghadang Jepang yang mulai datang.
Sekolah ditutup, tidak memadamkan semangat Soedirman dalam berorganisasi bersama temannya dia mendirikan koperasi yang mereka namai Perkoperasian Bangsa Indonesia (PERBI), untuk menyokong perekonomian masyarakat yang mulai kritis di bawah pendudukan Jepang. Kontribusinnya dalam perkoperasian melambungkan namanya terutama di daerah Cilacap, pengalamannya diorganisasi sejak kecil telah menjadikan Soedirman seorang remaja yang kuat dan peka akan penderitaan rakyatnnya.
Nama Soedirman begitu terkenal di seantero Banyumas sebagai salah satu organisator ulung berkat kiprahnnya diberbagai organisasi yang ia ikuti. Bahkan sang istri Siti Alfiah dikenalnnya melalui organisasi, anak dari pengurus Muhammadiyah Cilacap ini kelak akan mendampingi Soedirman dalam segala kondisi suka maupun duka.
Bekalnnya ketika menjadi guru telah menjadikan Soedirman sebagai Jendral yang di cintai para Prajuritnnya sosoknnya yang ramah namun tegas dalam mengambil tindakan menjadikan Soedirman seorang yang kuat dan teguh pada pendiriannya.
Guru yang menjelma menjadi panglima
Organisasi koperasi yang ia bentuk bersama kawan-kawannya telah membesarkan namannya, Jepang yang saat itu telah datang ke Indonesia melihat gelagat Soedirman sebagai salah satu orang berpotensi untuk melancarkan semua kegiatan yang di rencanakan akhirnnya jepang mengangkat Soedirman sebagai anggota Syu Sangkai atau Dewan Pertimbangan Keresidenan Cilacap.
Bagi Soedirman Belanda maupun Jepang pada dasarnnya sama datang dengan kekuatan untuk menjajah. Ketika itu Soedirman di tugasi untuk menagih hasil panen rakyat, tapi Soedirman selalu kembali dengan tangan kosong ketika menghadap tentara Jepang. Rasa cintannya pada rakyat kecil telah ia buktikan dengan keberaniannya memihak rakyat kecil agar tidak memberikan hasil taninnya jika keluarga mereka lebih membutuhkan.
Pembangkangan yang dilakukan Soedirman ternyata telah menggangu kegiatan Dai Nippon. Selanjutnnya Soedirman dikirim ke Bogor pada 1943 untuk mengikuti pendidikan calon Daidancho. Dari sinilah Soedirman yang tadinnya guru dan organisator memulai karirnya dalam hal kemiliteran.
Sebelum Soedirman memutuskan menjadi bagian Daidancho sebenarnnya ia pesimis kerena kakinnya pernah terkilir, juga matannya yang kurang baik, namun setelah ia meyakinkan semua keluarga maka Soedirman siap mengikuti kegiatan militer. Bekalnnya di PETA membuatnnya dikenal dikalangan Militer, terutama di daerah jawa semua itu berkat kecakapannya dan kharismannya.
Soedirman merupakan lelaki yang cukup beruntung,walaupun pangkatnnya waktu itu hanya Kolonel, namun pria eks PETA ini cukup dikenal sehingga mendapatkan dukungan dari banyak anggota eks PETA. TKR yang dibentuk oleh pemerintah pada 5 Oktober 1945 sebenarnnya telah memiliki panglima besar yang di tunjuk langsung oleh Presiden Soekarno yaitu Soeprijadi. Namun Soeprijadi menghilang sejak pemberontakan di Blitar Mei 1945, hingga TKR memutuskan untuk kembali memilih panglima besar sebagai komandan tertinggi.
Pada 8 Desember 1945 Soedirman diangkat menjadi Panglima Besar Tentara Keamanan Rakyat sebagai cikal baka Tentara Nasional Indonesia nantinya. Pak Dirman yang dulunnya hanya Guru kini telah menjelma menjadi seorang Panglima Besar, kiprahnnya tidak diragukan lagi taktik griliyannya sangat membuat Belanda kewalahan.
Sosok guru yang bersahaja seperti Soedirman dapat berubah seketika menjadi ahli stategi ketika bangsa ini membutuhkannya, demi kemerdekaan yang utuh ia korbankan semua kenyamanan dan memilih memasuki hutan, hingga akhir hayatnnya Soedirman dikenal Sebagai Panglima Besar.
Ketika itu bisa saja Soedirman memilih menjadi guru namun hatinnya berkata lain. Penjajahan ini hanya akan berakhir jika menghadapi perlawanan yang seimbang, semua kenyamanan yang ia miliki ia tanggalkan hutan bukan hanya tempat menyusun strategi tapi menjadi rumah keduannya untuk merebut kemerdekaan yang seutuhnnya. Sosok panglima besar bersahaja itu adalah seorang guru.
Kontributor:Wawan Hermawan
Sumber:
Tulisan Artikel ini bersumber dari Buku Soedirman Seorang Panglima, Seorang Martir Yang Disusun Oleh Tempo dalam seri buku: Tokoh Militer.
0 comments: